24 Nov 2013

Hujan Abu Merapi Sampai Solo

Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta, Senin 18/11 pagi, mengeluarkan asap tebal disertai abu vulkanik yang membubung tinggi hingga 2.000 meter. Hujan abu terjadi hingga Kota Solo. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menyatakan embusan asap tebal dan abu vulkanik itu terjadi pukul 04:50 - 06:00 WIB.

"Embusan disertai suara gemuruh. Letusan ini dipicu oleh gempa tektonik lokal dibawah tubuh Gunung Merapi," tutur Suto[o dalam pernyataan tertulisnya. Menurutnya, sebelum meletus, salah gunung teraktif di dunia itu tidak menunjukkan adanya peningkatan aktivitas. Reaksi yang terjadi termasuk kategori letusan freatik.

"Kejadian ini mirip dengan letusan pada 22 Juli 2013 lalu yang tiba-tiba meletus pada pagi hari. Letusan hari ini (kemarin) lebih besar daripada saat itu dengan status masih normal aktif (level 1)," lanjutnya.

Dalam penjelasannya, letusan freatik merupakan letusan yang berasal dari dalam lapisan litosfer akibat meningkatnya tekanan uap air. Mekanisme letusan freatik terjadi apabila air hujan jatuh ke permukaan tanah dan bersentuhan dengan magma atau tubuh batuan panas lainnya.

Selanjut, air yang terpanaskan akan terbentuk akumulasi uap bertekanan tinggi akibatnya tekanan yang terus bertambah akan menghancurkan lapisan penutupnya. Letusan freatif Merapi itu mengarah sesuai embusan angin ke timur dan tenggara sehingga terjadi hujan pasir dan abu cukup tebal di Boyolali sedangkan hujan abu terjadi hingga Solo dan Sragen.

BNPB menerima laporan kesiap-siagaan masyarakat dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di sekitar Gunung Merapi di Boyolali, Klaten, Sleman dan Magelang langsung meresponnya.
Berdasarkan laporan BPBD ratusan warga telah bersiap di titik kumpul untuk mengungsi. Namun pada pukul 07:00 WIB, aktivitas Merapi dilaporkan telah pulih kembali.

Camat Musuk, Boyolali, Jawa Tengah, Totok Eko YP mengatakan warga sempat panik sebab suara gemurah disertai kepulan asap ke udara dirasakan dan dilihat langsung warga disana. "Orang menyebutnya wedus gembel, sempat panik memang tadi pagi. Wedus gembel yang dimaksud kepulan asap di udara, buka menyusur dinidang gunung," terangnya.

Sumber Media Cetak : Bisnis Indonesia, 19 November 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar